Sejak 600 SM, bangsa
Yunani mulai meneliti dunia mereka. Filsuf besar seperti Phytagoras membuat metode ilmiah yaitu prinsip pengamatan dan
percobaan yang hingga kini menjadi landasan ilmu.
Sumber: Ensiklopedi Populer Anak, Jilid 2
Dalam
kehidupan sehari-hari, seringkali
kita menghadapi berbagai fenomena
alam untuk dijadikan
sebuah masalah. Misalnya kecepatan pertumbuhan tanaman di
musim kemarau dengan musim
penghujan. Apakah perbedaannya?
Mengapa perbedaan itu terjadi?
Kalau kamu perhatikan jelas ada perbedaan, mengapa bisa demikian? Pertanyaan
tersebut merupakan awal dari rumusan masalah
yang akan kita
selidiki lebih lanjut.
Dalam merumuskan masalah untuk
percobaan, pertanyaan hendaknya lebih mengarah pada jawaban ”ya atau tidak,
berpengaruh atau tidak, berbeda atau tidak” sehingga lebih mudah untuk
menetapkan hipotesis/dugaanmengenai percobaan yang akan dilakukan. Salah satu
contoh rumusan masalah adalah
”adakah pengaruh air
terhadap pertumbuhantanaman?”
Langkah
berikutnya menentukan variabel
(faktor-faktor yang terlibat dan
mempengaruhi sesuatu yang
diamati) yang terdapat dalam permasalahan.
Ada tiga jenis
variabel dalam kegiatan penelitian, yaitu variabel bebas,
variabel respon, dan variabel kontrol. Pada permasalahan ”adakah pengaruh air
terhadap pertumbuhan tanaman”,
volume air yang
diberikan dapat bervariasi.
Faktor ini disebut variabel bebas/variabel
manipulatif yaitu variabel yang dapat diubah-ubah dan mempengaruhi/menyebabkan terjadinya
suatu proses/gejala/peristiwa.
Pertumbuhan tanaman disebut
variabel terikat/variabel respon yaitu variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Kondisi tanaman (jenis, umur, ukuran, dll), kondisi tanah serta sumber
air yang digunakan dalam percobaan disebut variabel kontrol yaitu variabel di
luar variabel yang diteliti tetapi perlu dikendalikan/ dikontrol.
Sebelum merumuskan hipotesis, ada baiknya kamu
melakukan studi pustaka, yaitu mencari sumber pengetahuan yang berhubungan
dengan penelitian melalui buku-buku kepustakaan. Kamu juga dapat membaca hasil
percobaan orang lain yang berkaitan dengan percobaan yang akan kamu lakukan,
ataupun pengamatan langsung, misalnya, ukuran pertumbuhan tanaman.
Hipotesis merupakan rumusan dari jawaban/pendapat
atau kesimpulan sementara tentang suatu masalah yang disusun berdasarkan data
dan informasi yang terbatas dan teori-teori yang relevan dengan menggunakan
penalaran. Hipotesis yang baik senantiasa menunjukkan variabel yang dapat
diukur dan dapat diperbandingkan.
Ada dua macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja dan
hipotesa nihil. Hipotesis kerja,
misalnya ”air berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman”. Hipotesis nihilnya
”air tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman”. Contoh hipotesis pada
percobaan di atas adalah ”air berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman”.
Sebelum melaksanakan percobaan, kita harus
merancangnya terlebih dulu. Beberapa
kegiatan dalam merancang
percobaan adalah sebagai berikut:
- menetapkan landasan teori yang diperlukan,
- menetapkan tujuan percobaan,
- menentukan alat dan bahan yang digunakan,
- menetapkan waktu dan tempat,
- menetapkan prosedur/langkah-langkah percobaan, dan mempersiapkan tabel untuk mencatat data hasil pengamatan, menetapkan variabel manipulatif, respon maupun kontrol.
Kita dapat menggunakan alat bantu untuk memperoleh
data. Alat bantu yang dapat kita gunakan diantaranya mikroskop, mistar, neraca
O’Hauss, termometer dan lain-lain. Tahukah kamu, apa kegunaan benda-benda itu?
Data yang diperoleh dengan menggunakan alat
ukur akan menghasilkan nilai kuantitatif.
Data juga dapat diperoleh dengan menggunakan
indera kita.Indera penglihatan digunakan untuk mengamati bentuk, warna, dan
sebagainya. Hidung untuk mengetahui bau pada suatu objek. Telinga untuk mendengar.
Lidah untuk mengetahui rasa sesuatu. Kulit untuk membedakan kasar, halus panas
atau dingin dengan cara meraba obyek penelitian. Pengamatan dengan panca indera
ini menghasilkan nilai kualitatif, misalnya buah durian berkulit kasar dan
tajam, rasa buah manis, tekstur buah lembut serta berserat. Data yang diperoleh
selanjutnya dapat disajikan
secara ringkas dan
sistematis dalam bentuk tabel
atau diagram.
Apa yang dapat kamu lakukan setelah datamu diolah?
Setelah mendapatkan data-data hasil percobaan, rumuskan kesimpulanmu.Rumusan
kesimpulan mengacu pada hipotesis di atas, apakah hipotesis diterima atau
sebaliknya. Apabila hipotesis diterima, berikan penjelasan faktor apa yang
mendukung. Apabila hipotesis ditolak, sebutkan faktor apa yang menghambat. Bila
perlu ulangi lagi percobaan tersebut sampai kamu yakin akan ketelitian
percobaan dan keakuratan hasil percobaannya.
Langkah berikutnya agar dapat diakui sebagai ilmu
pengetahuan maka hasil percobaan perlu dipublikasikan dalam berbagai bentuk. Misalnya
menyampaikan hasil penelitian di depan para ahli dalam forum seminar atau
mempublikasikan dalam majalah ilmiah.
Untuk
memperjelas langkah-langkah penelitian
ilmiah, perhatikan contoh proses
penemuan penyebab penyakit malaria yang dilakukan oleh Charles Laveran
(1845—1922). Pada tahun 1880 di Aljazair, Charles Laveran merawat seorang
prajurit yang menderita demam menggigil
padahal waktu itu udara sangat panas, kemudian penyakit tersebut dikenal dengan
nama Malaria (mal = buruk, aria =
udara). Pada saat
itu orang menduga
bahwa penyebab malaria adalah udara buruk dari rawa-rawa.
Namun, Charles Laveran saat itu tidak percaya begitu saja. Ia ingin membuktikan
apakah penyebab dari penyakit malaria yang sebenarnya. Langkah ini disebut
dengan merumuskan masalah. Ia mengambil sedikit darah dari penderita
danmemeriksanya menggunakan mikroskop. Maka tampak olehnya ada benda-benda
kecil pada darah penderita ( langkah ini disebut dengan observasi/pengamatan).
Laveran mulai mendata semua darah penderita malaria. Ternyata pada darah setiap
penderita malaria terdapat benda-benda kecil seperti pada penderita pertama,
sedangkan pada darah orang-orang yang sehat tidak dijumpai benda kecil
tersebut. Hipotesis Laveran berdasarkan data tersebut adalah ”apakah
benda-benda kecil” (sekarang dikenal dengan nama Plasmodium) adalah penyebab
penyakit malaria. Kemudian Laveran menyuntikkan darah
orang yang sakit ke dalam tubuh orang yang sehat.
Setelah beberapa hari ternyata orang
yang sehat mulai
terjangkit penyakit malaria, dan di dalam darahnya ditemukan
benda-benda kecil seperti yang terdapat
pada penderita malaria (Plasmodium). Laveran masih belum merasa yakin percobaan
itu diulang-ulang, ternyata hasilnya sama (langkah ini disebut melaksanakan
eksperimen dan menguji kembali eksperimennya). Akhirnya dia menarik kesimpulan
bahwa benda kecil berbentuk cincin yang terdapat dalam sel darah merah
(Plasmodium) merupakan penyebab penyakit malaria.
Kerja ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah,
memerlukan sikap ilmiah. Sikap ilmiah adalah sikap yang terpuji yang dijunjung
tinggi oleh masyarakat ilmiah. Beberapa hal berikut dapat dijadikan pedoman
dalam bersikap ilmiah.
- Mengenali fakta dan opini, sehingga mampu membedakan data dan informasi. Misalnya timbangan badan menunjukkan 46 kg, ini merupakan data, sedangkan perkiraan berat badan seseorang 46 kg merupakan opini.
- Menggunakan fakta sebagai dasar argumentasi, kemampuan ini diperlukan pada saat mengajukan pendapat yang didukung oleh data.
- Berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan berargumentasi.
- Selalu melakukan evaluasi diri, mengakui kekuatan dan kelemahan data hasil penelitian, sehingga dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
- Mengembangkan rasa ingin tahu, berusaha untuk mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak diketahui atau belum dapat dimengerti.Keingintahuan dapat memacu kita untuk melakukan penelitian.
- Jujur dan menerima kenyataan dari hasil penelitiannya secara objektif.
- Teliti dalam pengambilan data, terutama data kuantitatif, dan tekun dalam melakukan penelitian artinya tidak mudah putus asa.
- Kepedulian terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya. Berusahalah untuk memberikan pemikiran tentang pelestarian dan keindahan lingkungan alam, serta kebersihan lingkungan.
- Mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Misalnya dengan adanya bencana tanah longsor yang sering terjadi tentukan penyebab dan cara mencegah serta menanggulangi kerusakan lingkungan. Dalam mengemukakan pendapat tentunya dengan argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan data yang lengkap.
Sebagai
penambah wawasan, bacalah
artikel di bawah
ini tentang usaha Edward
Jenner. Pria berkelahiran
Scotlandia yang hidup pada
tahun 1881—1955, orang
yang mengembangkan dan mempopulerkan teknik vaksinasi untuk
mencegah penyakit cacar.
Pencegahan penyakit cacar telah dilakukan sejak lama. Orang yang pernah terkena penyakit cacar akan memiliki kekebalan terhadap penyakit itu. Salah satu usaha yang sudah dilakukan adalah menginjeksi serum ke dalam tubuh orang sehat dengan sesuatu yang diambil dari penderita cacar ringan. Usaha tersebut memberikan kekebalan tambahan kepada orang yang disuntik.
Praktik ini diperkenalkan di Inggris pada awal abad ke-18 oleh Lady Mary Wotley Montagu. Ia sudah dikenal lama bertahun-tahun sebelum Jenner. Jenner sendiri sebenarnya sudah pernah disuntik ketika umurnya sembilan tahun. Tetapi, cara pencegahan yang seperti ini dapat berakibat fatal. Sekitar dua persen sesudah suntikan itu, orang dapat terkena serangan cacar yang fatal. Jelas, cara yang lebih sempurna amat diperlukan.
Jenner hidup di perkampungan petani sapi dan pemerah susu. Ia sudah terbiasa dengan kepercayaan bahwa orang yang terjangkit penyakit ”cacar sapi” semacam penyakit ternak ringan yang bisa menular kepada manusia, tak akan pernah tertimpa penyakit cacar. (”cacar sapi” itu sendiri tidak berbahaya, meskipun gejala-gejalanya mirip dengan cacar biasa). Jenner menyadari, bila kepercayaan para petani itu mengandung kebenaran, maka menyuntikkan ”cacar sapi” ke tubuh manusia akan merupakan cara yang aman untuk membuat mereka kebal terhadap cacar. Dia pelajari dengan saksama masalah ini, dan menjelang tahun 1796 dia meyakini kebenaran kepercayaan itu. Di bulan Mei 1796 Jenner menyuntik James Phipps. Ia seorang bocah lelaki berumur delapan tahun dengan sesuatu yang diambil dari bintik penyakit ”cacar sapi” yang ada di tangan seorang pemerah susu.
Praktik ini diperkenalkan di Inggris pada awal abad ke-18 oleh Lady Mary Wotley Montagu. Ia sudah dikenal lama bertahun-tahun sebelum Jenner. Jenner sendiri sebenarnya sudah pernah disuntik ketika umurnya sembilan tahun. Tetapi, cara pencegahan yang seperti ini dapat berakibat fatal. Sekitar dua persen sesudah suntikan itu, orang dapat terkena serangan cacar yang fatal. Jelas, cara yang lebih sempurna amat diperlukan.
Jenner hidup di perkampungan petani sapi dan pemerah susu. Ia sudah terbiasa dengan kepercayaan bahwa orang yang terjangkit penyakit ”cacar sapi” semacam penyakit ternak ringan yang bisa menular kepada manusia, tak akan pernah tertimpa penyakit cacar. (”cacar sapi” itu sendiri tidak berbahaya, meskipun gejala-gejalanya mirip dengan cacar biasa). Jenner menyadari, bila kepercayaan para petani itu mengandung kebenaran, maka menyuntikkan ”cacar sapi” ke tubuh manusia akan merupakan cara yang aman untuk membuat mereka kebal terhadap cacar. Dia pelajari dengan saksama masalah ini, dan menjelang tahun 1796 dia meyakini kebenaran kepercayaan itu. Di bulan Mei 1796 Jenner menyuntik James Phipps. Ia seorang bocah lelaki berumur delapan tahun dengan sesuatu yang diambil dari bintik penyakit ”cacar sapi” yang ada di tangan seorang pemerah susu.
Sesuai harapan, anak itu terjangkit ”cacar sapi” tetapi segera sembuh. Beberapa minggu kemudian, Jenner menyuntikkan Phipps serum cacar, dan sebagaimana diharapkan pada bocah itu tidak tampak tanda-tanda penyakit. Jenner memperkenalkan hasil-hasil usahanya lewat sebuah buku tipis berjudul An Inquiry into the Causes and Effects of the Variolae Vaccinae sesudah melakukan penyelidikan lebih mendalam. Buku itu diterbitkannya secara pribadi tahun 1798. Buku itulah yang jadi penyebab diterimanya vaksinasi secara umum dan berkembang luas. Sesudah itu, Jenner menulis lima artikel lagi mengenai vaksinasi, dan bertahun-tahun dia mengabdikan waktunya menyebarluaskan pengetahuan tentang tekniknya dengan kerja keras agar dapat diterima orang. Praktik vaksinasi berkembang cepat di Inggris, kemudian menjadi hal yang diharuskan di kalangan Angkatan Darat dan Angkatan Laut Inggris. Dan berbarengan dengan itu diterima pula oleh sebagian besar negerinegeri di dunia.
Sumber: Seratus Tokoh yang paling Berpengaruh dalam Sejarah, 2003.